Kamis, 06 Oktober 2011

Penyebab Gizi Buruk

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu; anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi. Ketiga penyebab langsung tersebut diuraikan sebagai berikut:


Pertama, anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang. Bayi dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi, dalam hal ini makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.

Kedua, anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai. Suatu studi “positive deviance” mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat menyebabkan anak menderita gizi buruk.

Ketiga, anak menderita penyakit infeksi. Terjadi hubungan timbal balik antara kejadian infeksi penyakit dan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan, sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Disisi lain anak yang menderita sakit infeksi akan cenderung menderita gizi buruk. Cakupan pelayanan kesehatan dasar terutama imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada balita yang tidak naik berat badan, pendidikan, penyuluhan kesehatan dan gizi, dukungan pelayanan di Posyandu, penyediaan air bersih, kebersihan lingkungan akan menentukan tingginya kejadian penyakit infeksi. Mewabahnya berbagai penyakit menular akhir-akhir ini seperti demam berdarah, diare, polio, malaria dan sebagainya secara hampir bersamaan di mana-mana, menggambarkan melemahnya pelayanan kesehatan yang ada di daerah.


Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek.

jurnal ilmiah

jurnal penelitian ilmiah

KONSELING

PENGARUH KONSELING GIZI PADA IBU KELUARGA MISKIN TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Abstrak
ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai bayi berusia 6 bulan, tetapi praktek pemberian ASI khususnya pemberian ASI eksklusif masih rendah. Konseling gizi merupakan pendekatan untuk merubah perilaku dalam bidang gizi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konseling gizi terhadap pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan disain Randomized Controlled Trial. Contoh penelitian adalah ibu dari keluarga miskin di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor yang diambil secara acak sebanyak 60 ibu, dimana 30 ibu sebagai kelompok perlakuan dan 29 ibu sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukan bahwa 25,8% ibu yang diberi konseling gizi memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan sedangkan ibu pada kelompok kontrol hanya 3,4%. Intervensi konseling berpengaruh secara signifikan pada pemberian ASI eksklusif (p=0,038) dengan nilai Odd Ratio (OR) 9,7 (95%; CI 1,1-83,7). Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang mendapat konseling gizi mempunyai peluang 10 kali untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.

Abstract : Excluisve breastfeeding is able to babies necessary until they reach six month, but in the fact breastfeeding, particularly exclusive breastfeeding is rarely given. Nutrition counseling becomes an approach to change the act in nutrition field. This research purposes to analyze the influence of nutrition counseling on exclusive breastfeeding of mothers of poor families. The design of the study was Randomized Controlled Trial with 60 samples, consisted of 31 mothers treated by nutrition counseling as a treatment group, and 29 mothers without any treatment of nutrition counseling as a controlled group. The data collected was then analyzed statistically by descriptive and inferential analysis. The result of the study shows that the presentation of 6-month exclusive breastfeeding practice of treatment group was 25.8% and control group was 3.4%. In general, the nutrition counseling was influencing exclusive breastfeeding practice (p=0.038) with Odd Ratio (OR) of 9.7 (95%; CI 1,1-83,7). It indicates that mothers who treated by nutrition counseling had probability for exclusive breastfeeding 10 times higher than mothers who was not treated by nutrition counseling.


Kata kunci : Konseling Gizi, ASI Eksklusif

Kamis, 29 September 2011